Selasa, 27 April 2010

EUPHORIA KELULUSAN YANG SALAH ARAH


Kelulusan bagi semua orang adalah hal yang membahagiakan, membanggakan dan patut disyukuri. Apa yang telah diperjuangkan selama beberapa tahun akhirny terlewati dengan selamat. Kelulusan memang wajar untuk dirayakan, namun menjadi tidak wajar ketika dirayakan secara berlebihan.
Moment kelulusan sejak dulu hingga sekarang tidak dapat dilepasakan dari acara corat-coret baju dan konvoi ugal-ugalan ke jalan raya. Entah siapa yang memulai, budaya yang kurang baik itu masih mendarah daging di benak siswa-siswi yang merayakan kelulusan. Layaknya budaya kuno yang diagung-agungkan. Cara perayaan tersebut selain mengganggu ketertiban umum dan memberi image buruk pada pelajar juga mencerminkan pendidikan yang tidak berkarakter. Baju yang mereka corat-coret sesungguhnya dibutuhkan oleh orang lain. Konvoi yang ugal-ugalan pasti mengganggu ketertiban umum, dan yang terjadi sekarang mengundang sinisme dari masyarakat. “ Mau apa habis lulus?”, “ Kalo jatuh rasain aja.”, “ Lulus nilai pas-pasan aja heboh.” Beberapa komentar yang sering muncul dari masyarakat. Toh setelah mereka menyudahi selebrasi yang salah arah tersebut, mereka harus kembali pada kenyataan hidup, belum pasti mau dibawa kemana hidup selanjutnya.
Kelulusan hendaknya dimaknai secara pas. Kelulusan baru satu tahap kecil menuju tahap yang lebih berat. Lebih baik melakukan selebrasi dengan hal-hal positif. Seperti yang dilakukan oleh salah satu sekolah di Jawa Timur dengan memberikan seragam sekolah kepada adik kelas, membagikan makanan untuk kaum dhuafa, dan aksi damai. Hal-hal tersebut akan lebih mendapat perhatian dari masyarakat. Terlebih lagi, akan mendapat do’a yang baik dari masyarakat.
Kelulusan hendaknya tidak dimaknai sebatas budaya yang telah mengakar saja. Merayakan kelulusan bukanlah suatu larangan, namun perayaan yang dilakukan hendaknya dapat membawa efek positif bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar