Senin, 03 Mei 2010

TERIMA KASIHKU


Saudaraku yang bening hatinya. Ingin aku ungkapkan sejuta bahagia dan terima kasihku untukmu. Untuk wajah-wajah ceria yang menyenandungkan keakraban dan persahabatan. Senyum yang tak pernah lepas dari wajahmu membuat aku nyaman bersamamu. Terima kasih untuk nasehat-nasehat yang menyemangati tuk terus memperbaiki diri. Meski kadang hatiku sedikit tersakiti, aku terima karena memang seharusnya begitu. Saudaraku terimakasih kau tak pernah marah dengan semua kelakuanku yang pasti masih sangat buruk dari kacamata orang soleh seperti dirimu. Memang beginilah aku adanya. Aku tak perlu menjadi sosok-sosok yang sempurna seperti idaman banyak orang, yang terpenting bagiku aku melakukan sesuatu yang benar dan baik. Terima kasih untuk pengingatan-pengingatan yang mengembalikan aku ke jalan yang benar.
Saudaraku, semoga Allah mengasihimu dengan cintaNya, memberikan kecukupan untukmu. Terimakasih untuk keikhlasanmu atas semua khilafku. Aku tau kau berat melakukannya. Tapi lakukanlah... aku hanya bisa meminta maaf saat ini dan mendoakan yang terbaik untukmu semoga hatimu tak lantas terkotori oleh sikapku yang menyakitkan. Entah apa yang sedang kau pikirkan tentang aku, aku tetap berterima kasih dengan semua pikiran-pikiranmu. Semoga aku lebih baik...

JADILAH PRIBADI YANG BERMANFAAT


Apa yang ada dibenakmu ketika ada seseorang yang meminta tolong? Alhamdulillah Allah sedang melapangkan jalan kita untuk menimba kebaikan dengan menolong orang lain. Selagi ada yang meminta tolong mengindikasikan bahwa kita masih bisa bermanfaat buat orang lain. Berilah apa yang kamu bisa berikan untuk saudaramu, walau hanya wajah ceria dan sapaan hangat... lalu, ketika kamu butuh bantuan akankah kamu menuntut saudaramu untuk membantu? Seperti yang telah kamu berikan untuknya... wahai jiwa yang mulia, jangan mengharapkannya dari saudaramu terlalu berlebih, berharaplah padaNya...
Wahai jiwa yang mulia, bila saudaramu tak bisa membantumu akankah jiwamu terkotori dengan sejuta buruk sangka? Jangan terlalu berani, seberapa jauh kamu mengenal saudaramu? Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan saudaraku, apakah kamu benar-benar tau kesulitan dan situasi apa yang sedang dihadapi oleh saudaramu saat ini? Jangan terlalu cepat wahai jiwa yang mulia...
Apakah kau menyesal dengan semua yang kamu berikan untuknya? Jangan. Semuanya tidak hilang. Bersikaplah lebih tenang... wahai jiwa yang mulia, hadapilah kesulitanmu semampumu, usah kamu harapkan bantuan orang terlalu banyak… jangan mengeluh dengan keadaan dan kesulitan yang tengah kamu hadapi, bila saja kamu mau sedikit bergerak, maka jalan keluar itu terlalu banyak…
Bisa jadi saudaramu memang tak terlalu tau keadaanmu, tapi apakah kau juga bisa menduga-duga keadaannya sekarang? Atau bisa jadi saudaramu saat ini sedang sengaja meninggalkanmu, apakah kau juga akan meninggalkannya? Kembalilah pada jiwamu yang mulia, apakah gerangan yang membuatnya menjauh.