Selasa, 27 April 2010

SEPERTI MEREKA


Aku pun ingin seperti dia. Aku ingin malihat dunia luar. Entah itu begitu keras atau sangat ramah. Aku ingin melihat semuanya. Meski berjalan jauh aku tak takut lelah, meski ada sejuta ragu tapi keyakinanku kan mengalahkan semua.
Aku ingin memasuki rumahnya, bersujud tepat di depan baitullah yang suci. Aku ingin mencium hajar aswad yang mulia. Aku ingin ke universitas tertua di Eropa, Oxford University, universitas tertua di Australia, Sidney University, universitas tertua di Amerika, North Carolina University, aku ingin menjelajah Eropa, Amerika, menjamah pedalaman afrika yang sunyi.
Berkeliling London, berfoto di London Bridge, di jam dinding raksasa di pusat kota London, memasuki Buckingham Palace dan menikmati bangunan-bangunan tua si sepanjang jalan kota London. Memasuki Roma, menara pissa, colloseum, sungai-sungai yang indah. Belanda, Jerman, Spanyol…..menaiki menara Eiffel.
Aku ingin memasuki Harvard, Columbia University, Yale University, universitas-universitas terbaik di seluruh dunia.
Aku ingin menyeberang ke Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua, Maluku, menjelajah menikmati indahnya dunia.
Aku ingin melihat gunung Fujiyama yang indah tepat di depan mataku, menyaksikan bunga sakura yang berkembang, musim gugur, musim panas, musim dingin, musim semi.
Aku ingin bertemu orang-orang dari seluruh dunia, yang berkulit hitam pekat sampai albino, berbicara dengan bahasa-bahasa mereka, mengerti budaya mereka…
Aku sedang bermimpi, tapi aku sedang mewujudkannya, dan kupasang bukti-buktinya, kutunjukkan pada semua orang, bahwa aku bisa....Banyak orang yang mempunyai mimpi yang sama dan mereka tengah berusaha pula…aku bagian dari mereka. Ketika mereka bisa mewujudkannya, maka aku ada diantara mereka.

SESEORANG BERNAMA

Hidup adalah sebuah misteri. Hari ini bertemu siapa, mendapatkan hikmah apa, adalah sesuatu yang tak bisa diduga. Juga saat aku bertemu dia jaunh bertahun-tahun yang lalu. Tak ada yang istimewa. Sesosok manusia yang sama dengan yang lainnya, sebelum aku mengerti sebesar apa semangatnya tuk di jalan ini, yang sekarang aku tempuh. Dia memberiku makna dan semangat tuk bersungguh-sungguh. Aku teringat ketika dia menunda kegiatan penting haya agar aku bisa ikut di dalamnya, agar aku mengerti dan bertambah paham dengan apa yang kuyakini. Kecewa,,,itu yang ku berikan untuknya dan saudara-saudaraku yang lain.
He had tried to make me understand that he knew my position and I had tried to do so but I can’t. Saat dai berusaha memahamkan aku. Aku melewatkan hari-hari penuh makna itu dan tak memaknai pengorbanannya dan saudara-saudaraku lainnya.
Hanya itu, sekelumit kisah yang aku ingat tapi begitu membekas. Semangatnya yang berkobar turut membakar semangatku. Kata-katanya yang sedikit tapi membawa pengaruh besar. Pribadinya yang banyak berpikir membuat tenang jiwanya. Banyak pelajaran yang aku dapatkan darinya.
Sayang, aku belum sempat ucapkan terimkasih untuknya. Karena setelah itu aku tak pernah lagi bertemu dengannya kecuali dalam sebuah majelis yang begitu khusyuk. Sampai sekarang aku takkan pernah menemuinya lagi. Karena Allah lebih menyayanginya. Penyesalan itu hadir, karena aku melewatkan tujuh puluh ribu malaikat yang ada didekatnya selama berbulan-bulan, aku melewatkan penghormatan terakhir untukknya dan sampai sekarang pun aku belum sempat menjenguk rumah abadinya. Hanya terimakasih dan doaku yang dapat aku berikan, semoga Allah melapangkan kuburnya dan mengasihinya. Semoga Allah mempertemukan kami di surgaNya, dan aku ingin menyampaikan terima kasihku padanya.

INI TENTANG PERSAHABATAN


Tentang sekumpulan anak manusia yang menggapai cita bersama dalam ikatan sebuah nama. Di dalamnya kami saling menguatkan, menghibur ketika sedih, berbahagia saat rasa syukur itu datang. Kami tidak dibesarkan dalam foya-foya dan indahnya masa muda. Kami mempunyai keindahan tersendiri. Kebahagiaan kami adalah hari-hari yang melelahkan, terjaga di tengah malam gelap dingin menggambar mimpi-mimpi kami diantara bintang-bintang, turun dan mendaki mencapai tujuan, saling menuntun dalam kepercayaan. Kami dibesarkan dalam kesetiakawanan dan semangat kebersamaan. Susah dan senang kami bersama-sama, sakit kami tanggung bersama, bahagiapun kami syukuri bersama. Dan kebahagiaan itu hadir, dalam kaki-kaki yang makin kuat berpijak, dalam lantunan lagu rindu yang masih terngiang meski tlah bertahun terlewati. Lelah itu pupus dalam riangnya tawa kami. Tangis yang sering hadir ibarat sungai yang menyatukan jiwa-jiwa kami yang terpisah.
Kami dibesarkan bersama-sama dalam semangat membangun jiwa-jiwa yang tangguh. Waktu kami adalah produktivitas. Pernah kami jatuh, tapi kami tetap bangkit bersama-sama.
Pernah rasa curiga dan iri hati itu muncul meracuni jiwa-jiwa kami. Membuat kami tak bisa tidup memikirkan strategi persaingan esok hari. Sebelum kami sadar bahwa itu semua mencederai persahabatn ini. Kami adalah satu dan harus maju bersama-sama. Apalah gunanya berhasik dan disanjung tapi sahabat kita terinjak-injak harga dirinya. Lalu kami semua kembali ke barisan yang kokoh.
Waktu adalah sebuah keniscayaan. Raga-raga kami harus terpisah karena mimpi-mimpi yang kami gambar di langit ketika itu tidaklah sama. Kami memilih jalan sendiri-sendiri. Melepaskan genggaman tangan yang telah erat oleh waktu, tapi tidak ikatan-ikatan dalam hati kami. Satu janji itu terucap, dimanapun kami berada, lagu rindu itu akan selalu mengingatkan kami tuk mengingat persahabatan ini. Tak ada yang boleh hilang atau terlalu menjauh.
Persabahatan ini bukan hanya cerita yang akan kudongengkan untuk anak cucuku kelak. Di dalamnya ku benar-benar merasakan ikatan itu. Sampai usiaku manua aku akan tetap memaknai persahabatan ini. Tempat dimana aku menemukan kalian, orang-orang yang mewarnai hidupku dengan sejuta warna.

EUPHORIA KELULUSAN YANG SALAH ARAH


Kelulusan bagi semua orang adalah hal yang membahagiakan, membanggakan dan patut disyukuri. Apa yang telah diperjuangkan selama beberapa tahun akhirny terlewati dengan selamat. Kelulusan memang wajar untuk dirayakan, namun menjadi tidak wajar ketika dirayakan secara berlebihan.
Moment kelulusan sejak dulu hingga sekarang tidak dapat dilepasakan dari acara corat-coret baju dan konvoi ugal-ugalan ke jalan raya. Entah siapa yang memulai, budaya yang kurang baik itu masih mendarah daging di benak siswa-siswi yang merayakan kelulusan. Layaknya budaya kuno yang diagung-agungkan. Cara perayaan tersebut selain mengganggu ketertiban umum dan memberi image buruk pada pelajar juga mencerminkan pendidikan yang tidak berkarakter. Baju yang mereka corat-coret sesungguhnya dibutuhkan oleh orang lain. Konvoi yang ugal-ugalan pasti mengganggu ketertiban umum, dan yang terjadi sekarang mengundang sinisme dari masyarakat. “ Mau apa habis lulus?”, “ Kalo jatuh rasain aja.”, “ Lulus nilai pas-pasan aja heboh.” Beberapa komentar yang sering muncul dari masyarakat. Toh setelah mereka menyudahi selebrasi yang salah arah tersebut, mereka harus kembali pada kenyataan hidup, belum pasti mau dibawa kemana hidup selanjutnya.
Kelulusan hendaknya dimaknai secara pas. Kelulusan baru satu tahap kecil menuju tahap yang lebih berat. Lebih baik melakukan selebrasi dengan hal-hal positif. Seperti yang dilakukan oleh salah satu sekolah di Jawa Timur dengan memberikan seragam sekolah kepada adik kelas, membagikan makanan untuk kaum dhuafa, dan aksi damai. Hal-hal tersebut akan lebih mendapat perhatian dari masyarakat. Terlebih lagi, akan mendapat do’a yang baik dari masyarakat.
Kelulusan hendaknya tidak dimaknai sebatas budaya yang telah mengakar saja. Merayakan kelulusan bukanlah suatu larangan, namun perayaan yang dilakukan hendaknya dapat membawa efek positif bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

BILA JIWAMU TERSAKITI

Ketika jiwaku tersakiti. Penat dan sesak berjejal. Muak dengan sikap mereka yang -menurutku- terlalu egois. Aku pun bisa bersikap demikian, tapi apakah pantas aku melakukannya sedangkan aku tidak suka diperlakukan seperti itu.
Aku kembali. Berdiam menunggu keegoisan dan janji yang –aaaaarrrrgggghhhh- tak kunjung datang. Aku merasakan betapa lemahnya aku sehingga aku kalah dengan semua ini. Aku mengumpat kesal…..masyaAllah, ampuni aku ya Allah…
Sudahlah, tak ada gunanya aku kesal berkepanjangan. Tak akan bisa membuat janji-janji itu semakin dekat atau menjauh, tapi pasti merusak hati dan jiwaku karena. Buat apa mengirbankan nilai diri karena perilaku orang lain.
Aku kembali. Pada satu hal yang harus cermati. Bermuhasabah menemukan kedamaian. Adalah aku pernah mengabaikan hak-hak saudaraku, hingga aku merasa tersakiti? Adakah aku telah melenceng terlalu jauh hari kelurusan...adakah hatiku telah tertutup dosa-dosa yang kian banyak. Astagdanhfirullah...
Aku kembali. Menata hatiku yang sejenak berantakan. Kutata kembali agar aku dapat menjemput janji-janji itu dengan senyuman, suatu saat nanti.

KETIKA HARUS MENGALAH

Hidup, selalu menyajikan banyak hal untuk dipelajari. Kita tidak hidup sendiri, kita adalah bagian dari mereka, orang lain yang ada di sekitar kita, bahkan orang-orang yang tidak kita kenal. Mereka berhak atas senyum ramah, waktu luang, dan pikiran kita. Dan semua itu berimbang, seperti ilmu tanam menanam, kalau kau pernah mengecewakan maka jangan terlalu bersedih ketika suatu ketika kau dikecewakan. Bila kau pernah mencuri hak saudaramu, maka jangan heran kalau suatu hari kau tak mendapatkan hakmu darinya.
Mengerti orang lain tidaklah mudah, tapi karena kita hidup bersama mereka, kita harus mengerti. Jangan terlalu menuntut untuk dipahami orang lain, cobalah memahami orang lain. Kita adalah jiwa-jiwa yang mulia. Jangan kotori kemuliaan ini dengan sikap-sikap yang tak baik. Ikhlaskan hakmu yang mungkin secara tidak sengaja diabaikan olehnya. Usah berpikir tuk membalas dendam atau menyimpan sakit hatimu. Jangan biarkan keburukan yang dilakukan oleh orang lain membuat hatimu cacat. Maafkanlah, karena dia adalah saudaramu dan kau pun sangat mungkin berbuat salah.
Kita hidup dalam berbagai kepentingan yang tak sama satu dengan yang lain. Waktu kita sama, tapi berbeda dalam menggunakannya. Berbagilah dengan saudaramu. Kepentinganmu yang tak terlalu mendesak relakan untuk saudaramu barang sebentar. Tapi ingat, jangan pernah menuntut tuk mendapatkan yang sama. Jadilah pribadi yang lapang, mendamaikan suasana. Penuhilah hak saudaramu tanpa pamrih.

Kamis, 22 April 2010

DATING IS A WASTE OF MONEY

The text entitled “Dating is a Waste of Money “ tells about some minus point of dating such as dating is an old thinking, nothing special because all guy do that, it makes a big tension during and while dating, and it is danger for guy’s money. Actually, not all girls like an expensive dating. Girls like different and unexpected things, not only a diner or movie. What boys have to going to do is change their mindset so that girls see it that many girls will pay their dinner, take them on a trip, or fly them into whatever city she is in.
The writer thesis argues that dating is an old thinking and a waste of money. The writer presents the evidences in real society to support his thesis. Dating, actually, is a traditional thing that they got from their parents. In this text, the writer describes dating as have a diner and movie which is waste much money for something that is not really liked by girls. There is a contradiction in the text. Common guys feel that they need to buy a big expensive dinner because girls want a guy with money. In the other hand, the writer thinks that it is a big waste of money and girls do not really like this dating style. Talking about the text structure, it is not well structured. In the fourth paragraph the writer starts to make a suggestion, but in the next paragraph he is back to the minus point of dating.
This topic can be interpreted from some kinds of view. From social perspective, a boy who never has a dating will be unconfident because dating has become a traditional rule that have been drummed into their heads by parents and society. Their unconfident feeling will affect them emotionally. The boys will try to make a dating, which is actually not too important for them, as good as possible to make their girlfriend exited and show that they have already become a man. After dating, the will realize that they has done a stupid thing. They waste their money for something that done by other guys and nothing special. From the logical point of view, it is logical that a boy wants to please his girlfriend, but become not logical if they waste too much money for it. From ethical point of view, a boy has to be polite and serve girls as good as possible. The text means to me as it is open my eyes to look farther the reality of dating itself. How pity the guys who waste their money for dating.
The text is understandable since the writer gives real evidences in society. The text is also complete. It proposes a factual topic with evidences and also gives suggestion what guys should do. It is useful for the reader to look something from another point of view. The text makes me think to suggest other guys do not waste their money for old dating style. They should be creative to compose a mutual relationship with girls.

DEMI IBU-BAPAKMU


Kutinggalkan rumahku dengan mengecup tangan ibu bapakku dan membawa doa serta harapan mereka. Tiap aku berangkat maka aku mempunyai tanggung jawab tuk wujudkan harapan-harapan itu. Tak banyak yang mereka inginkan. Hanya ingin aku menjadi anak yang membanggakan. Semua fasilitas aku dicukupi bahkan lebih dari cukup. Maka tak ada alas an untuk tak mewujudkan harapan-harapan mereka.
Wahai kawan-kawanku…………
Ingatlah ibu bapakmu. Mereka melepas kita dengan dan air mata maka pulanglah dengan membawa kebahagiaan bagi mereka. Dengan apa yang ada padamu sekarang, harusnya kau tak hanya belajar bagaimana untuk belajar. Belajarnya untuk kehidupan. Jangan puas dengan nilaimu yang kau banggakan itu, jangan pula mengkambinghitamkan berbagai hal untuk menutupi kemalasanmu. Belajarlah mengatur dirimu sendiri, mengatur hidupmu, dan bertanggungjawab terhadap hidupmu. Sekatanglah saatnya….
Jangan persembahkan ini untuk ibu bapakmu. Langkah malasmu ke majelis ilmu yang mulia. Jangan bangga dengan mengantukmu di dalam kelas. Dengan nilai-nilaimu yang tak jelas asal-usulnya. Jangan ceritakankau ketidakmampuanmu, belajarlah agar kau bisa. Jangan berikan sesuatu yang palsu untuk orang-orang yang mengikhlaskan hidupnya untukmu…

UNTUK JIWA-JIWA YG MERINDUKAN KEMENANGAN


Perjalanan menuju yang terbaik adalah proses panjang menuju kepantasan untuk mendapatkannya. Pengharapan yang tinggi bukanlah suatu kesalahan. Orang yang takut jatuh adalah pengecut yang sebenarnya. Din tidak pernah berani meninggikan dirinnya dengan cita-cita yang tinggi. Selamanya dia akan menjadi kerdil. Kalau kemenangan adalah tujuan, maka kekalahan adalah jalan yang benar menujunya bila kita sanggup bertahan. Tak apa menjadi yang ke-2,3,4 bahkan yang terakhir, bersabarlah karena kita sedang berjalan menuju kemenangan. Tak ada kemenangan yang datang dengan sendiirnya. Ibarat menuju puncak adalah rangkaian langkah kecil yang diikuti dengan langkah satu langkah berikutnya. Semakin lama dan semakin lelah maka puncak itu semakin dekat,
Gagal berkali-kali bukan suatu masalah. Ketika kita merasakan kegagalan maka suatu hari kita akan mengerti makna keberhasilan dan kesuksesan yang sesungguhnya. Kalau kau pernah menangis karena kegagalan, maka kau akan merasakan indahnya senyum kemenangan. Hari yang membahagiakn itu akan datang. Saat ini kita sedang mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan kesiapan hati.

Jadilah orang yang berjiwa besar. Kalau kau belum menjadi yang terbaik, maka kau harus lebih banyak belajar. Semakin banyak kau belajar, maka semakin banyak pula yang kita tidak tahu. Berilah selamat pada sang juara dengan ikhlas. Terimalah kenyataan dan syukuri apa yang kau miliki sekarang. Lalu kembalilah dalam kehidupanmu yang penuh hikmah dan pikiran posiitf. Tulis lagi mimpi-mimpi indahmu dan bangunlah untuk mewujudkannya.
Jangan pernah takut terjatuh. Kalau kau takut maka selamanya kau tak bisa berlari.

KEDEWASAAN ITU……..




Aku tak perlu menunggu diriku tua untuk menjadi dewasa. Kedewasaan adalah sebuah sikap yang tidak ditentukan oleh usia. Setiap waktu yang aku lalui adalah pendewasaan sejauh aku menjalaninya dengan kesungguhan dan optimisme. Itu tersirat dari sikap dan wajahku. Mereka bilang aku berwajah tua, biar saja, aku tak pernah marah. Begiku mengaanggap diri lebih dewasa adalah keputusan lebih bijak. Justru mereka yang
Beban berat bukan halangan. Dia adalah jalan tersingkat dan terbaik menuju kedewasaan yang membuat sikap tenang, mampu menempatkan diri, dan memahami orang lain. Tekanan yang semakin kuat akan menghasilkan lejitan yang lebih tinggi. Itulah kita, ibarat pegas yang kesakitan ditarik kencang, kita akan meluncur lebih jauh dan lebih tinggi. Maka jangan takut menghadapinya.
Keadaan itu tak pernah tak adil. Semua tepat pada waktunya dan sesuai dengan porsinya. Aku memilih menjalani keadaan apapun dengan tenang dan berpikir positif. Toh aku tak pernah sendiri. Selalu ada do’a ibuku yang meyertai pendewasaanku. Ada teman-temanku yang tak kan rela melihatku menanggung beban terlalu berat. Aku tak pernah sendirian. Maka aku tak pernah takut menjalani pendewasaanku.
Kemudahan itu selalu diharapka oleeh semua orang, begitupun aku. Tapi hidup yang berisi kemudahan-kemudahan saja itu bohong. Kenyataannnya semua dilahirkan berpasangan. Panas akan berganti dingin. Pertemuan melahirkan perpisahan. Ayah menikahi ibu dan kemudahan itu berpasangan dengan kesulitan. Tapi dibalik satu kesulitan itu ada 2 kemudahan. Percayalah bahwa hidup ini indah, terlalu indah untuk tidak segera menjadi dewasa.